Selasa, 01 Desember 2015

mklah evaluasi pnddikan




PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
       Evaluasi pembelajaran siswa adalah salah satu kegiatan yang merupakan kewajiban bagi setiap guru. mengapa. Karena hendaknya ia harus dapat memberikan informasi kepada lembaga atau kepada siswa itu sendiri. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya memahami teknik pemberian skor, bahkan langkah-langkah sebelum membuat tes pertanyaan.
       Banyak beberapa pendapat ahli yang mengatakan bahwa penilaian berbeda dengan penskoran. Dalam makalah ini, dijelaskan dengan jelas perbedaan yang sangat mendasar dalam melakukan evaluasi terhadap hasil tes peserta didik.
       Proses penilaian adalah suatu prroses membandingkan skor yang diperoleh tiap siswa dengan acuan yang dipakai penilaian aturan patokan atau penilaian aturan normal  (PAN atau PAP), yang hasilnya berbentuk nilai dengan skala 0 – 10 atau A – E. dalam proses tersebut dapat dilihat bahwa penskoran atau scoring adalah pemberian angka-angka terhadap prestasi seseorang sesudah melaksanakan suatu tugas tertentu. Setelah selesai pengukuran yang salah satu alatnya biasa disebut tes, barulah dilakukan perbandingan hasil pengukuran yang berbentuk biji/ skor dengan acuan yang dipakai yang dihasilkan nilai tersebut kita kenal dengan pemberian nilai atau granding.
       Untuk membantu para pendidik dalam memilih pendekatan penilaian yang cocok untuk mata pelajarannya sehingga pengambilan Keputusan seorang peserta didik dinyatakan lulus atau tidak lulus benar-benar sesuai dengan prestasi yang dicapainya.   Salah satu unsur yang harus dipahami oleh mahasiswa agar dapat melakukan konversi nilai dengan benar adalah mengetahui apa yang dimaksud dengan konversi nilai, Norma relatif, absolut, dan kombinasi. Dalam makalah ini akan dijelaskan secara singkat tentang jenis pendekatan, tujuan, keuntungan dan kerugian dari dua metode pendekatan standar penilaian yang banyak dianut
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud Konversi Nilai PAP?
2.      Apakah yang dimaksud pendekatan PAN?




PEMBAHASAN
A.    Pengertian Penilaian Acuan Norma (PAN)
       Ada beberapa pendapat tentang pengertian Penilaian Acuan Norma, yaitu:
1.      Acuan norma merupakan elemen pilihan yang memberikan daftar dokumen normatif yang diacu dalam standar sehingga acuan tersebut tidak terpisahkan dalam penerapan standar. Data dokumen normatif yang diacu dalam standar yang sangat diperlukan dalam penerapan standar.
2.      Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dilakukan dengan mengacu pada norma atau kelompok. Cara ini dikenal sebagai penilaian acuan norma (PAN).
3.      PAN adalah Nilai sekelompok peserta didik (siswa) dalam suatu proses pembelajaran didasarkan pada tingkat penguasaan di kelompok itu. Artinya pemberian nilai mengacu pada Perolehan nilai di kelompok itu.
4.      Penilaian Acuan Norma (PAN) yaitu dengan cara membandingkan nilai seorang siswa dengan nilai kelompoknya. Jadi dalam hal ini prestasi seluruh siswa dalam kelas / kelompok dipakai sebagai dasar penilaian.
       Dari beberapa pengertian ini dapat disimpulkan bahwa Penilaian Acuan Norma adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok; nilai-nilai yang diperoleh siswa diperbandingkan dengan nilai-nilai siswa yang lain yang termasuk di dalam kelompok itu. Penilaian Acuan Patokan (criterion referenced evaluation) yang dikenal juga dengan standar mutlak berusaha menafsirkan hasil tes yang diperoleh siswa dengan membandingkannya dengan patokan yang telah ditetapkan.
       Sebelum hasil tes diperoleh atau bahkan sebelum kegiatan pengajaran dilakukan, patokan yang akan dipergunakan untuk menentukan kelulusan harus sudah ditetapkan. Standar atau patokan tersebut memuat ketentuan-ketentuan yang dipergunakan sebagai batas-batas penentuan kelulusan testee atau batas pemberian nilai pada testee.
       Jika skor yang diperoleh oleh testee memenuhi batas minimal maka testee dinyatakan telah memenuhi tingkat penguasaan minimal terhadap materi yang disampaikan dan sebaliknya jika testee belum bisa memenuhi batas minimal yang ditentukan maka testee dianggap belum “lulus” atau belum menguasai materi. Karena batasan-batasan tersebut bersifat mutlak/ pasti maka hasil yang diperoleh tidak dapat di tawar lagi.
       Berhubung standar penilaian ditentukan secara mutlak, banyaknya testee yang memperoleh nilai tinggi atau jumlah kelulusan testee banyak akan mencerminkan penguasaannya terhadap materi yang disampaikan. Pengolahan skor mentah menjadi nilai dilakukan dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Menggabungkan skor dari berbagai sumber penilaian untuk memperoleh skor akhir.
2.      Menghitung skor minimum penguasaan tuntas dengan menerapkan prosentase Batas Minimal Penguasaan (BMP).
3.      Menentukan tabel konversi
       Konversi adalah  adalah kegiatan mengubah atau mengolah skor mentah menjadi huruf. Jika tidak ada kegiatan konversi ini, maka nilai tidak bisa diinterpretasikan.  Konversi adalah teknik pengolahan dan pengubahan skor mentah hasil tes menjadi nilai Standard, skor adalah hasil pekerjaan (=memberikan angka) yang diperoleh dengan jalan menjumlahkan angka-angka bagi setiap butir item yang oleh testee dijawab dengan betul, dengan memperhitungkan bobot jawaban betulnya.
       Penilaian acuan norma (PAN) merupakan pendekatan klasik, karena tampilan pencapaian hasil belajar siswa pada suatu tes dibandingkan dengan penampilan siswa lain yang mengikuti tes yang sama. Pengukuran ini digunakan sebagai metode pengukuran yang menggunakan prinsip belajar kompetitif. Menurut prinsip pengukuran norma, tes baku pencapaian di administrasi dan penampilan baku normative dikalkulasi untuk kelompok-kelompok pengambil tes yang bervariasi.
       Skor yang dihasilkan siswa dalam tes yang sama dibandingkan dengan hasil populasi atau hasil keseluruhan yang telah dibakukan. Guru kelas kemudian mengikuti asas yang sama, mengukur pencapaian hasil belajar siswa, dengan tepat membandingkan terhadap siswa lain dalam tes yang sama. Seperti evaluasi empiris, guru melakukan pengukuran, mengadministrasi tes, menghitung skor, merangking skor, dari tes yang tertinggi sampai yang terendah, menentukan skor rerata menentukan simpang baku dan variannya.
       Berikut ini beberapa ciri dari Penilaian Acuan Normatif :
1.      Penilaian Acuan Normatif digunakan untuk menentukan status setiap peserta didik terhadap kemampuan peserta didik lainnya. Artinya, Penilaian Acuan Normatif digunakan apabila kita ingin mengetahui kemampuan peserta didik di dalam komunitasnya seperti di kelas, sekolah, dan lain sebagainya.
2.      Penilaian Acuan Normatif menggunakan kriteria yang bersifat “relative”. Artinya, selalu berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi dan atau kebutuhan pada waktu tersebut.
3.      Nilai hasil dari Penilaian Acuan Normatif tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjuk kedudukan peserta didik (peringkatnya) dalam komunitasnya (kelompoknya).
4.      Penilaian Acuan Normatif memiliki kecenderungan untuk menggunakan rentangan tingkat penguasaan seseorang terhadap kelompoknya, mulai dari yang sangat istimewa sampai dengan yang mengalami kesulitan yang serius.
5.      Penilaian Acuan Normatif memberikan skor yang menggambarkan penguasaan kelompok.
       Penilaian Acuan Norma (Norm Referenced Evaluation) dikenal pula dengan Standar Relatif atau Norma Kelompok. Pendekatan penilaian ini menafsirkan hasil tes yang diperoleh testee dengan membandingkan dengan hasil tes dari testee lain dalam kelompoknya. Alat pembanding tersebut yang menjadi dasar standar kelulusan dan pemberian nilai ditentukan berdasarkan skor yang diperoleh testee dalam satu kelompok.
       Dengan demikian, standar kelulusan baru dapat ditentukan setelah diperoleh skor dari para peserta testee. Hal ini berarti setiap kelompok mempunyai standar masing-masing dan standar satu kelompok tidak dapat dipergunakan sebagai standar kelompok yang lain. Standar dari hasil tes sebelumnya pun tidak dapat dipergunakan sebagai standar sehingga setiap memperoleh hasil tes harus dibuat norma yang baru.
       Dasar pemikiran dari penggunaan standar PAN adalah adanya asumsi bahwa di setiap populasi yang heterogen terdapat siswa dengan kelompok baik, kelompok sedang dan kelompok kurang.
       Pengolahan skor dengan Penilaian Acuan Norma (PAN) mengharuskan kita menghitung dengan statistik. Perhitungan dilakukan atas skor akhir (penggabungan berbagai sumber skor),  Kelemahan sistem PAN adalah dengan tes apapun dalam kelompok apapun dan dengan dasar prestasi yang bagaimanapun, pemberian nilai dengan sistem ini selalu dapat dilakukan.
       Karena itu penggunaan sistem PAN dapat dilakukan dengan baik apabila memenuhi syarat yang mendasari kurva normal, yaitu :
1.      Skor nilai terpencar atau dapat dianggap terpencar sesuai dengan pencaran kurva normal
2.      Jumlah yang dinilai minimal 50 orang atau sebaiknya 100 orang ke atas.
B.     Konversi Penilaian Acuan Patokan (PAP)
       PAP adalah singkatan dari Penilaian Acuan Patokan. Suatu penilaian disebut PAP jika dalam melakukan penilaian itu kita mengacu kepada suatu kriteria pencapaian tujuan (instruksional) yang telah dirumuskan sebelumnya. Nilai-nilai yang diperoleh siswa dihubungkan dengan tingkat pencapaian penguasaan (mastery) siswa tentang pengajaran sesuai dengan tujuan (instruksional) yang telah ditetapkan.
       Kriteria yang digunakanpun bersifat mutlak. Artinya, kriteria itu bersifat tetap dan berlaku bagi semua siswa yang mengikuti tes di lembaga terkait. Selain itu, nilai dari hasil PAP dapat dijadikan indikator untuk mengetahui sampai di mana tingkat kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran tertentu.
       Telah kita pahami bersama bahwa penentuan nilai pada pendekatan ini, dilakukan dengan jalan membandingkan skor mentah hasil tes seorang peserta didik dengan skor maksimum idealnya, maka penentuan nilai yang beracuan pada kriterium ini juga sering dikenal dengan istilah penentuan nilai secara ideal, atau penilaian secara teoritik, atau penentuan nilai secara das sollen.
       Dengan istilah “teoritik” dimaksudkan di sini bahwa secara teoritik seorang peserta didik berhak atas nilai 100. Sebagai contoh: Skor maksimum ideal (jika semua soal dijawab dengan benar) tes Bahasa Jepang adalah 140, dan Bayu mendapat skor mentah sebesar 85. Berapakah skor Bayu setelah dikonversi? Diketahui: Skor mentah: 85, skor maksimum ideal: 140 Ditanya : Skor setelah dikonversi Jawab : Setelahnya diterjemahkan menjadi nilai huruf dengan patokan (misal): A = >80, B = 66 – 79, C = 56 – 65, D = 46 – 55, dan E = < 45. Dengan demikian Bayu mendapat nilai C untuk tes Bahasa Jepang yang telah diikutinya.
       Konversi mengacu pada PAN (norm referenced evaluation) Ada 5 jenis nilai standar yang dapat digunakan untuk mengonversi skor mentah menjadi nilai standar:
1.      Nilai standar berskala lima (stanfive), yang sering dikenal dengan istilah nilai huruf, yaitu nilai A, B, C, D, dan E. Pengubahan skor mentah hasil tes menjadi nilai standar berskala lima atau nilai huruf.
2.      Nilai standar berskala sembilan (stannine), yaitu rentangan atau skala nilai yang bergerak mulai dari 1 sampai dengan 9. Jika skor-skor mentah hasil tes itu akan diubah menjadi nilai standar berskala Sembilan.
3.      Nilai standar berskala sebelas (standar eleven/stanel/eleven points scales), Nilai standar berskala sebelas (standar eleven/stanel/eleven points scales), yaitu skala nilai yang bergerak mulai dari 0 sampai dengan nilai 10. Nilai standar berskala sebelas adalah rentangan nilai standar mulai dari 0 sampai dengan 10. Jadi di sini akan kita dapati 11 butir nilai standar, yaitu: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10. Di Indonesia, stanel umumnya digunakan pada lembaga pendidikan tingkat dasar dan menengah.
       Melalui PAP berkembang upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan melaksanakan tes awal (pre test) dan tes akhir (post test). Perbedaan hasil tes akhir dengan test awal merupakan petunjuk tentang kualitas proses pembelajaran. Pembelajaran yang menuntut pencapaian kompetensi tertentu sebagaimana diharapkan dan termuat pada kurikulum saat ini, PAP merupakan cara pandang yang harus diterapkan.
       PAP juga dapat digunakan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya kurang terkontrolnya penguasaan materi, terdapat siswa yang diuntungkan atau dirugikan, dan tidak dipenuhinya nilai-nilai kelompok berdistribusi normal. PAP ini menggunakan prinsip belajar tuntas (mastery learning).
       PAP juga dapat digunakan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya kurang terkontrolnya penguasaan materi, terdapat siswa yang diuntungkan atau dirugikan, dan tidak dipenuhinya nilai-nilai kelompok berdistribusi normal. PAP ini menggunakan prinsip belajar tuntas (mastery learning).
       Selain itu juga, PAP dapat mengacu kepada suatu kriteria pencapaian tujuan  instruksional yang telah dirumuskan sebelumnya. Artinya, nilai-nilai yang diperoleh siswa dihubungkan dengan tingkat pencapaian penguasaan (mastery) siswa tentang pengajaran sesuai dengan tujuan (instruksional) yang telah ditetapkan.
       Penafsiran hasil tes yang mempergunakan PAP dilakukan dengan membandingkan nilai hasil tes yang diperoleh siswa dengan patokan yang telah ditetapkan sebelumnya. Akan tetapi kriteria yang dipergunakan untuk menetapkan besarnya patokan itu sendiri  hingga kini belum ada kesepakatan. Oleh karena itu selama ini setiap lembaga/sekolah biasanya bersepakat untuk membuat patokan yang akan diberlakukan di tempat masing-masing.
       PAP pada umumnya digunakan untuk menguji tingkat penguasaan bahan pelajaran. Pengujian tingkat penguasaan bahan biasanya dilaksanakan pada pengajaran yang berorientasi pada tujuan dan strategi belajar tuntas.  Oleh karena itu nilai seorang siswa yang ditafsirkan dengan standar mutlak, sekaligus menunjukkan tingkat penguasaan riilnya terhadap bahan pelajaran dan juga merupakan standar pencapaian indikator sesuai dengan standar ketuntasan belajar.
       Agar nilai yang diperoleh siswa dapat berfungsi seperti yang diharapkan, yaitu mencerminkan tingkat penguasaan siswa, maka alat tes yang dipergunakan harus dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi kelayakan, kesahihan, maupun ketepercayaannya.
       Butir-butir tes yang disusun harus sesuai dengan tujuan dan deskripsi bahan pelajaran yang diberikan. Kelebihan PAP adalah:
1.      Hasil PAP merupakan  umpan balik yang dapat digunakan guru sebagai introspeksi tentang program pembelajaran yang telah dilaksanakan.
2.      Hasil PAP dapat membantu guru dalam pengambilan Keputusan tentang perlu atau tidaknya penyajian ulang topik/materi tertentu.
3.      Hasil PAP dapat pula membantu guru merancang pelaksanaan program remedi. 
4.      Dapat mengukur dan menilai penguasaan materi terhadap tujuan instruksional khusus dan tujuan pembelajaran.
5.      Langsung dapat menginterpretasikan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik dari kinerja siswa.
6.      Dapat menilai dan mengukur kemampuan penguasaan materi yang  harus diketahui siswa.
7.      Efektif untuk pembelajaran individual
       Kelemahan PAP adalah :
1.      Tidak dapat menunjukkan tingkat kedudukan kemampuan peserta didik terhadap kelompoknya.
2.      Sulit untuk menyatakan semua tujuan instruksional khusus secara eksplisit.
3.      Tidak dapat digunakan untuk menilai dan mengukur kemampuan peserta didik dalam kawasan yang luas.
4.      Pola tujuan instruksional khusus membuat pembelajaran sangat terbatas demikian pula proses belajar peserta didik.
C.     Persamaan dan Perbedaan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP)
1.      Penilaian Acuan Norma dan Penilaian Acuan Patokan mempunyai beberapa persamaan sebagai berikut:
a.       Penilaian acuan norma dan acuan patokan memerlukan adanya tujuan evaluasi spesifik sebagai penentuan fokus item yang diperlukan. Tujuan tersebut termasuk tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus.
b.      Kedua pengukuran memerlukan sampel yang relevan, digunakan sebagai subjek yang hendak dijadikan sasaran evaluasi. Sampel yang diukur mempresentasikan populasi siswa yang hendak menjadi target akhir pengambilan Keputusan.
c.       Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan tentang siswa, kedua pengukuran sama-sama memerlukan item-item yang disusun dalam satu tes dengan menggunakan aturan dasar penulisan instrumen.
d.      Keduanya mempersyaratkan perumusan secara spesifik perilaku yang akan diukur.
e.       Keduanya menggunakan macam tes yang sama seperti tes subjektif, tes karangan, tes penampilan atau keterampilan.
f.       Keduanya dinilai kualitasnya dari segi validitas dan reliabilitasnya.
g.      Keduanya digunakan ke dalam pendidikan walaupun untuk maksud yang berbeda.
2.      Perbedaan kedua penilaian adalah sebagai berikut:
a.       Penilaian acuan norma biasanya mengukur sejumlah besar perilaku khusus dengan sedikit butir tes untuk setiap perilaku. Penilaian acuan patokan biasanya mengukur perilaku khusus dalam jumlah yang terbatas dengan banyak butir tes untuk setiap perilaku.
b.      Penilaian acuan norma menekankan perbedaan di antara peserta tes dari segi tingkat pencapaian belajar secara relatif. Penilaian acuan patokan menekankan penjelasan tentang apa perilaku yang dapat dan yang tidak dapat dilakukan oleh setiap peserta tes.
c.       Penilaian acuan norma lebih mementingkan butir-butir tes yang mempunyai tingkat kesulitan sedang dan biasanya membuang tes yang terlalu mudah dan terlalu sulit. Penilaian acuan patokan mementingkan butir-butir tes yang relevan dengan perilaku yang akan diukur tanpa peduli dengan tingkat kesulitannya.
d.      Penilaian acuan norma digunakan terutama untuk survei. Penilaian acuan patokan digunakan terutama untuk penguasaan.






PENUTUP
A.    Kesimpulan
       PAP adalah singkatan dari Penilaian Acuan Patokan. Suatu penilaian disebut PAP jika dalam melakukan penilaian itu kita mengacu kepada suatu kriteria pencapaian tujuan (instruksional) yang telah dirumuskan sebelumnya. Nilai-nilai yang diperoleh siswa dihubungkan dengan tingkat pencapaian penguasaan (mastery) siswa tentang pengajaran sesuai dengan tujuan (instruksional) yang telah ditetapkan. Kriteria yang digunakanpun bersifat mutlak. Artinya, kriteria itu bersifat tetap dan berlaku bagi semua siswa yang mengikuti tes di lembaga terkait
       Suatu penilaian disebut PAP jika dalam melakukan penilaian itu kita mengacu kepada suatu kriteria pencapaian tujuan (instruksional) yang telah dirumuskan sebelumnya. Penilaian dikatakan menggunakan pendekatan PAN apabila nilai-nilai yang diperoleh siswa diperbandingkan dengan nilai-nilai siswa lain yang termasuk dalam kelompok itu. Pendekatan acuan standar adalah penilaian dari kemampuan siswa dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Teknik konversi nilai ada 2, yaitu: yang mengacu pada PAP dan PAN. Konversi nilai yang mengacu pada PAN terbagi menjadi 5, yaitu: stanfive, stannine, standar eleven, stanel, z score, dan T score. Saran Dalam melakukan teknik pemberian dan pengolahan skor, guru sebaiknya menggunakan teknik yang sesuai dengan kemampuan peserta didik. Sehingga bisa mencerminkan hasil yang sebenarnya dari peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA
Atwi Suparman, Desain Instruksional, (Jakarta: PAU, 1997).
Bistok Sirait, Menyusun Tes Hasil Belajar. (Semarang: Press, 1985).
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999).
Kunandar, Guru Professional. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007).
Madhakomala. Pengembangan Alat Evaluasi Desain Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1998),
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995).

Ngalim purwanto, Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010).

Sugiyono, Statistika untuk Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2002).
Sukardi. E, dan Maramis. W. F. Penilaian Keberhasilan Belajar, (Jakarta: Erlangga, University Press,1986).
Surapranata, Sumarna. Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes: Implementasi Kurikulum 2004.(Bandung:Remaja Rosdakarya, tt).

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009).



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar