PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Evaluasi
pembelajaran siswa adalah salah satu kegiatan yang merupakan kewajiban bagi
setiap guru. mengapa. Karena hendaknya ia harus dapat memberikan informasi
kepada lembaga atau kepada siswa itu sendiri. Oleh karena itu, seorang guru
hendaknya memahami teknik pemberian skor, bahkan langkah-langkah sebelum
membuat tes pertanyaan.
Banyak
beberapa pendapat ahli yang mengatakan bahwa penilaian berbeda dengan
penskoran. Dalam makalah ini, dijelaskan dengan jelas perbedaan yang sangat
mendasar dalam melakukan evaluasi terhadap hasil tes peserta didik.
Proses
penilaian adalah suatu prroses membandingkan skor yang diperoleh tiap siswa
dengan acuan yang dipakai penilaian aturan patokan atau penilaian aturan
normal (PAN atau PAP), yang hasilnya berbentuk nilai dengan skala 0 – 10
atau A – E. dalam proses tersebut dapat dilihat bahwa penskoran atau scoring
adalah pemberian angka-angka terhadap prestasi seseorang sesudah melaksanakan
suatu tugas tertentu. Setelah selesai pengukuran yang salah satu alatnya biasa disebut
tes, barulah dilakukan perbandingan hasil pengukuran yang berbentuk biji/ skor
dengan acuan yang dipakai yang dihasilkan nilai tersebut kita kenal dengan
pemberian nilai atau granding.
Untuk
membantu para pendidik dalam memilih pendekatan penilaian yang cocok untuk mata
pelajarannya sehingga pengambilan Keputusan seorang peserta didik dinyatakan
lulus atau tidak lulus benar-benar sesuai dengan prestasi yang dicapainya. Salah satu unsur yang harus dipahami oleh
mahasiswa agar dapat melakukan konversi nilai dengan benar adalah mengetahui
apa yang dimaksud dengan konversi nilai, Norma relatif, absolut, dan kombinasi.
Dalam makalah ini akan dijelaskan secara singkat tentang jenis pendekatan,
tujuan, keuntungan dan kerugian dari dua metode pendekatan standar penilaian
yang banyak dianut
B. Rumusan
Masalah
1. Apakah
yang dimaksud Konversi Nilai PAP?
2. Apakah
yang dimaksud pendekatan PAN?
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Penilaian Acuan Norma (PAN)
Ada
beberapa pendapat tentang pengertian Penilaian Acuan Norma, yaitu:
1. Acuan
norma merupakan elemen pilihan yang memberikan daftar dokumen normatif yang
diacu dalam standar sehingga acuan tersebut tidak terpisahkan dalam penerapan
standar. Data dokumen normatif yang diacu dalam standar yang sangat diperlukan
dalam penerapan standar.
2. Pengolahan
dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dilakukan dengan mengacu pada norma
atau kelompok. Cara ini dikenal sebagai penilaian acuan norma (PAN).
3. PAN
adalah Nilai sekelompok peserta didik (siswa) dalam suatu proses pembelajaran
didasarkan pada tingkat penguasaan di kelompok itu. Artinya pemberian nilai
mengacu pada Perolehan nilai di kelompok itu.
4. Penilaian
Acuan Norma (PAN) yaitu dengan cara membandingkan nilai seorang siswa dengan
nilai kelompoknya. Jadi dalam hal ini prestasi seluruh siswa dalam kelas /
kelompok dipakai sebagai dasar penilaian.
Dari
beberapa pengertian ini dapat disimpulkan bahwa Penilaian Acuan Norma adalah
penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok; nilai-nilai yang
diperoleh siswa diperbandingkan dengan nilai-nilai siswa yang lain yang
termasuk di dalam kelompok itu. Penilaian Acuan Patokan (criterion referenced
evaluation) yang dikenal juga dengan standar mutlak berusaha menafsirkan hasil
tes yang diperoleh siswa dengan membandingkannya dengan patokan yang telah
ditetapkan.
Sebelum
hasil tes diperoleh atau bahkan sebelum kegiatan pengajaran dilakukan, patokan
yang akan dipergunakan untuk menentukan kelulusan harus sudah ditetapkan.
Standar atau patokan tersebut memuat ketentuan-ketentuan yang dipergunakan
sebagai batas-batas penentuan kelulusan testee atau batas pemberian nilai pada
testee.
Jika
skor yang diperoleh oleh testee memenuhi batas minimal maka testee dinyatakan
telah memenuhi tingkat penguasaan minimal terhadap materi yang disampaikan dan
sebaliknya jika testee belum bisa memenuhi batas minimal yang ditentukan maka
testee dianggap belum “lulus” atau belum menguasai materi. Karena
batasan-batasan tersebut bersifat mutlak/ pasti maka hasil yang diperoleh tidak
dapat di tawar lagi.
Berhubung
standar penilaian ditentukan secara mutlak, banyaknya testee yang memperoleh
nilai tinggi atau jumlah kelulusan testee banyak akan mencerminkan
penguasaannya terhadap materi yang disampaikan. Pengolahan skor mentah menjadi
nilai dilakukan dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menggabungkan
skor dari berbagai sumber penilaian untuk memperoleh skor akhir.
2. Menghitung
skor minimum penguasaan tuntas dengan menerapkan prosentase Batas Minimal
Penguasaan (BMP).
3. Menentukan
tabel konversi
Konversi
adalah adalah kegiatan mengubah atau mengolah skor mentah menjadi huruf.
Jika tidak ada kegiatan konversi ini, maka nilai tidak bisa
diinterpretasikan. Konversi adalah teknik pengolahan dan pengubahan skor
mentah hasil tes menjadi nilai Standard, skor adalah hasil pekerjaan
(=memberikan angka) yang diperoleh dengan jalan menjumlahkan angka-angka bagi
setiap butir item yang oleh testee dijawab dengan betul, dengan memperhitungkan
bobot jawaban betulnya.
Penilaian
acuan norma (PAN) merupakan pendekatan klasik, karena tampilan pencapaian hasil
belajar siswa pada suatu tes dibandingkan dengan penampilan siswa lain yang
mengikuti tes yang sama. Pengukuran ini digunakan sebagai metode pengukuran
yang menggunakan prinsip belajar kompetitif. Menurut prinsip pengukuran norma,
tes baku pencapaian di administrasi dan penampilan baku normative dikalkulasi
untuk kelompok-kelompok pengambil tes yang bervariasi.
Skor
yang dihasilkan siswa dalam tes yang sama dibandingkan dengan hasil populasi
atau hasil keseluruhan yang telah dibakukan. Guru kelas kemudian mengikuti asas
yang sama, mengukur pencapaian hasil belajar siswa, dengan tepat membandingkan
terhadap siswa lain dalam tes yang sama. Seperti evaluasi empiris, guru
melakukan pengukuran, mengadministrasi tes, menghitung skor, merangking skor,
dari tes yang tertinggi sampai yang terendah, menentukan skor rerata menentukan
simpang baku dan variannya.
Berikut
ini beberapa ciri dari Penilaian Acuan Normatif :
1. Penilaian
Acuan Normatif digunakan untuk menentukan status setiap peserta didik terhadap
kemampuan peserta didik lainnya. Artinya, Penilaian Acuan Normatif digunakan
apabila kita ingin mengetahui kemampuan peserta didik di dalam komunitasnya
seperti di kelas, sekolah, dan lain sebagainya.
2. Penilaian
Acuan Normatif menggunakan kriteria yang bersifat “relative”. Artinya, selalu
berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi dan atau kebutuhan pada waktu tersebut.
3. Nilai
hasil dari Penilaian Acuan Normatif tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan
penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjuk
kedudukan peserta didik (peringkatnya) dalam komunitasnya (kelompoknya).
4. Penilaian
Acuan Normatif memiliki kecenderungan untuk menggunakan rentangan tingkat
penguasaan seseorang terhadap kelompoknya, mulai dari yang sangat istimewa
sampai dengan yang mengalami kesulitan yang serius.
5. Penilaian
Acuan Normatif memberikan skor yang menggambarkan penguasaan kelompok.
Penilaian
Acuan Norma (Norm Referenced Evaluation) dikenal pula dengan Standar Relatif
atau Norma Kelompok. Pendekatan penilaian ini menafsirkan hasil tes yang
diperoleh testee dengan membandingkan dengan hasil tes dari testee lain dalam
kelompoknya. Alat pembanding tersebut yang menjadi dasar standar kelulusan dan
pemberian nilai ditentukan berdasarkan skor yang diperoleh testee dalam satu
kelompok.
Dengan
demikian, standar kelulusan baru dapat ditentukan setelah diperoleh skor dari
para peserta testee. Hal ini berarti setiap kelompok mempunyai standar
masing-masing dan standar satu kelompok tidak dapat dipergunakan sebagai
standar kelompok yang lain. Standar dari hasil tes sebelumnya pun tidak dapat
dipergunakan sebagai standar sehingga setiap memperoleh hasil tes harus dibuat
norma yang baru.
Dasar
pemikiran dari penggunaan standar PAN adalah adanya asumsi bahwa di setiap
populasi yang heterogen terdapat siswa dengan kelompok baik, kelompok sedang
dan kelompok kurang.
Pengolahan
skor dengan Penilaian Acuan Norma (PAN) mengharuskan kita menghitung dengan
statistik. Perhitungan dilakukan atas skor akhir (penggabungan berbagai sumber
skor), Kelemahan sistem PAN adalah dengan tes apapun dalam kelompok
apapun dan dengan dasar prestasi yang bagaimanapun, pemberian nilai dengan
sistem ini selalu dapat dilakukan.
Karena
itu penggunaan sistem PAN dapat dilakukan dengan baik apabila memenuhi syarat
yang mendasari kurva normal, yaitu :
1. Skor
nilai terpencar atau dapat dianggap terpencar sesuai dengan pencaran kurva
normal
2. Jumlah
yang dinilai minimal 50 orang atau sebaiknya 100 orang ke atas.
B. Konversi
Penilaian Acuan Patokan (PAP)
PAP
adalah singkatan dari Penilaian Acuan Patokan. Suatu penilaian disebut PAP jika
dalam melakukan penilaian itu kita mengacu kepada suatu kriteria pencapaian
tujuan (instruksional) yang telah dirumuskan sebelumnya. Nilai-nilai yang
diperoleh siswa dihubungkan dengan tingkat pencapaian penguasaan (mastery)
siswa tentang pengajaran sesuai dengan tujuan (instruksional) yang telah
ditetapkan.
Kriteria
yang digunakanpun bersifat mutlak. Artinya, kriteria itu bersifat tetap dan
berlaku bagi semua siswa yang mengikuti tes di lembaga terkait. Selain itu,
nilai dari hasil PAP dapat dijadikan indikator untuk mengetahui sampai di mana
tingkat kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran tertentu.
Telah
kita pahami bersama bahwa penentuan nilai pada pendekatan ini, dilakukan dengan
jalan membandingkan skor mentah hasil tes seorang peserta didik dengan skor
maksimum idealnya, maka penentuan nilai yang beracuan pada kriterium ini juga
sering dikenal dengan istilah penentuan nilai secara ideal, atau penilaian
secara teoritik, atau penentuan nilai secara das sollen.
Dengan
istilah “teoritik” dimaksudkan di sini bahwa secara teoritik seorang peserta
didik berhak atas nilai 100. Sebagai contoh: Skor maksimum ideal (jika semua soal
dijawab dengan benar) tes Bahasa Jepang adalah 140, dan Bayu mendapat skor
mentah sebesar 85. Berapakah skor Bayu setelah dikonversi? Diketahui: Skor
mentah: 85, skor maksimum ideal: 140 Ditanya : Skor setelah dikonversi Jawab :
Setelahnya diterjemahkan menjadi nilai huruf dengan patokan (misal): A =
>80, B = 66 – 79, C = 56 – 65, D = 46 – 55, dan E = < 45. Dengan demikian
Bayu mendapat nilai C untuk tes Bahasa Jepang yang telah diikutinya.
Konversi
mengacu pada PAN (norm referenced evaluation) Ada 5 jenis nilai standar yang
dapat digunakan untuk mengonversi skor mentah menjadi nilai standar:
1. Nilai
standar berskala lima (stanfive), yang sering dikenal dengan istilah nilai
huruf, yaitu nilai A, B, C, D, dan E. Pengubahan skor mentah hasil tes menjadi
nilai standar berskala lima atau nilai huruf.
2. Nilai
standar berskala sembilan (stannine), yaitu rentangan atau skala nilai yang
bergerak mulai dari 1 sampai dengan 9. Jika skor-skor mentah hasil tes itu akan
diubah menjadi nilai standar berskala Sembilan.
3. Nilai
standar berskala sebelas (standar eleven/stanel/eleven points scales), Nilai
standar berskala sebelas (standar eleven/stanel/eleven points scales), yaitu
skala nilai yang bergerak mulai dari 0 sampai dengan nilai 10. Nilai standar
berskala sebelas adalah rentangan nilai standar mulai dari 0 sampai dengan 10.
Jadi di sini akan kita dapati 11 butir nilai standar, yaitu: 0, 1, 2, 3, 4, 5,
6, 7, 8, 9, 10. Di Indonesia, stanel umumnya digunakan pada lembaga pendidikan
tingkat dasar dan menengah.
Melalui
PAP berkembang upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan
melaksanakan tes awal (pre test) dan tes akhir (post test). Perbedaan hasil tes
akhir dengan test awal merupakan petunjuk tentang kualitas proses pembelajaran.
Pembelajaran yang menuntut pencapaian kompetensi tertentu sebagaimana
diharapkan dan termuat pada kurikulum saat ini, PAP merupakan cara pandang yang
harus diterapkan.
PAP
juga dapat digunakan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya
kurang terkontrolnya penguasaan materi, terdapat siswa yang diuntungkan atau
dirugikan, dan tidak dipenuhinya nilai-nilai kelompok berdistribusi normal. PAP
ini menggunakan prinsip belajar tuntas (mastery learning).
PAP
juga dapat digunakan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya
kurang terkontrolnya penguasaan materi, terdapat siswa yang diuntungkan atau
dirugikan, dan tidak dipenuhinya nilai-nilai kelompok berdistribusi normal. PAP
ini menggunakan prinsip belajar tuntas (mastery learning).
Selain
itu juga, PAP dapat mengacu kepada suatu kriteria pencapaian tujuan
instruksional yang telah dirumuskan sebelumnya. Artinya, nilai-nilai yang
diperoleh siswa dihubungkan dengan tingkat pencapaian penguasaan (mastery)
siswa tentang pengajaran sesuai dengan tujuan (instruksional) yang telah
ditetapkan.
Penafsiran
hasil tes yang mempergunakan PAP dilakukan dengan membandingkan nilai hasil tes
yang diperoleh siswa dengan patokan yang telah ditetapkan sebelumnya. Akan
tetapi kriteria yang dipergunakan untuk menetapkan besarnya patokan itu
sendiri hingga kini belum ada kesepakatan. Oleh karena itu selama ini
setiap lembaga/sekolah biasanya bersepakat untuk membuat patokan yang akan
diberlakukan di tempat masing-masing.
PAP
pada umumnya digunakan untuk menguji tingkat penguasaan bahan pelajaran.
Pengujian tingkat penguasaan bahan biasanya dilaksanakan pada pengajaran yang
berorientasi pada tujuan dan strategi belajar tuntas. Oleh karena itu
nilai seorang siswa yang ditafsirkan dengan standar mutlak, sekaligus
menunjukkan tingkat penguasaan riilnya terhadap bahan pelajaran dan juga
merupakan standar pencapaian indikator sesuai dengan standar ketuntasan
belajar.
Agar
nilai yang diperoleh siswa dapat berfungsi seperti yang diharapkan, yaitu
mencerminkan tingkat penguasaan siswa, maka alat tes yang dipergunakan harus
dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi kelayakan, kesahihan, maupun
ketepercayaannya.
Butir-butir
tes yang disusun harus sesuai dengan tujuan dan deskripsi bahan pelajaran yang
diberikan. Kelebihan PAP adalah:
1. Hasil
PAP merupakan umpan balik yang dapat digunakan guru sebagai introspeksi
tentang program pembelajaran yang telah dilaksanakan.
2. Hasil
PAP dapat membantu guru dalam pengambilan Keputusan tentang perlu atau tidaknya
penyajian ulang topik/materi tertentu.
3. Hasil
PAP dapat pula membantu guru merancang pelaksanaan program remedi.
4. Dapat
mengukur dan menilai penguasaan materi terhadap tujuan instruksional khusus dan
tujuan pembelajaran.
5. Langsung
dapat menginterpretasikan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik dari
kinerja siswa.
6. Dapat
menilai dan mengukur kemampuan penguasaan materi yang harus diketahui
siswa.
7. Efektif
untuk pembelajaran individual
Kelemahan
PAP adalah :
1. Tidak
dapat menunjukkan tingkat kedudukan kemampuan peserta didik terhadap
kelompoknya.
2. Sulit
untuk menyatakan semua tujuan instruksional khusus secara eksplisit.
3. Tidak
dapat digunakan untuk menilai dan mengukur kemampuan peserta didik dalam
kawasan yang luas.
4. Pola
tujuan instruksional khusus membuat pembelajaran sangat terbatas demikian pula
proses belajar peserta didik.
C. Persamaan
dan Perbedaan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP)
1. Penilaian
Acuan Norma dan Penilaian Acuan Patokan mempunyai beberapa persamaan sebagai
berikut:
a. Penilaian
acuan norma dan acuan patokan memerlukan adanya tujuan evaluasi spesifik
sebagai penentuan fokus item yang diperlukan. Tujuan tersebut termasuk tujuan
instruksional umum dan tujuan instruksional khusus.
b. Kedua
pengukuran memerlukan sampel yang relevan, digunakan sebagai subjek yang hendak
dijadikan sasaran evaluasi. Sampel yang diukur mempresentasikan populasi siswa
yang hendak menjadi target akhir pengambilan Keputusan.
c. Untuk
mendapatkan informasi yang diinginkan tentang siswa, kedua pengukuran sama-sama
memerlukan item-item yang disusun dalam satu tes dengan menggunakan aturan dasar
penulisan instrumen.
d. Keduanya
mempersyaratkan perumusan secara spesifik perilaku yang akan diukur.
e. Keduanya
menggunakan macam tes yang sama seperti tes subjektif, tes karangan, tes penampilan
atau keterampilan.
f. Keduanya
dinilai kualitasnya dari segi validitas dan reliabilitasnya.
g. Keduanya
digunakan ke dalam pendidikan walaupun untuk maksud yang berbeda.
2. Perbedaan
kedua penilaian adalah sebagai berikut:
a. Penilaian
acuan norma biasanya mengukur sejumlah besar perilaku khusus dengan sedikit
butir tes untuk setiap perilaku. Penilaian acuan patokan biasanya mengukur
perilaku khusus dalam jumlah yang terbatas dengan banyak butir tes untuk setiap
perilaku.
b. Penilaian
acuan norma menekankan perbedaan di antara peserta tes dari segi tingkat
pencapaian belajar secara relatif. Penilaian acuan patokan menekankan
penjelasan tentang apa perilaku yang dapat dan yang tidak dapat dilakukan oleh
setiap peserta tes.
c. Penilaian
acuan norma lebih mementingkan butir-butir tes yang mempunyai tingkat kesulitan
sedang dan biasanya membuang tes yang terlalu mudah dan terlalu sulit.
Penilaian acuan patokan mementingkan butir-butir tes yang relevan dengan
perilaku yang akan diukur tanpa peduli dengan tingkat kesulitannya.
d. Penilaian
acuan norma digunakan terutama untuk survei. Penilaian acuan patokan digunakan terutama
untuk penguasaan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
PAP
adalah singkatan dari Penilaian Acuan Patokan. Suatu penilaian disebut PAP jika
dalam melakukan penilaian itu kita mengacu kepada suatu kriteria pencapaian
tujuan (instruksional) yang telah dirumuskan sebelumnya. Nilai-nilai yang
diperoleh siswa dihubungkan dengan tingkat pencapaian penguasaan (mastery)
siswa tentang pengajaran sesuai dengan tujuan (instruksional) yang telah
ditetapkan. Kriteria yang digunakanpun bersifat mutlak. Artinya, kriteria itu
bersifat tetap dan berlaku bagi semua siswa yang mengikuti tes di lembaga
terkait
Suatu
penilaian disebut PAP jika dalam melakukan penilaian itu kita mengacu kepada
suatu kriteria pencapaian tujuan (instruksional) yang telah dirumuskan
sebelumnya. Penilaian dikatakan menggunakan pendekatan PAN apabila nilai-nilai
yang diperoleh siswa diperbandingkan dengan nilai-nilai siswa lain yang
termasuk dalam kelompok itu. Pendekatan acuan standar adalah penilaian dari
kemampuan siswa dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
Teknik konversi nilai ada 2, yaitu: yang mengacu pada PAP dan PAN. Konversi
nilai yang mengacu pada PAN terbagi menjadi 5, yaitu: stanfive, stannine,
standar eleven, stanel, z score, dan T score. Saran Dalam melakukan teknik
pemberian dan pengolahan skor, guru sebaiknya menggunakan teknik yang sesuai
dengan kemampuan peserta didik. Sehingga bisa mencerminkan hasil yang
sebenarnya dari peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Atwi
Suparman, Desain Instruksional, (Jakarta: PAU, 1997).
Bistok Sirait, Menyusun Tes Hasil Belajar. (Semarang: Press, 1985).
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999).
Kunandar, Guru Professional. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007).
Madhakomala. Pengembangan Alat Evaluasi Desain Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1998),
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995).
Ngalim purwanto, Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010).
Sugiyono, Statistika untuk Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2002).
Sukardi. E, dan Maramis. W. F. Penilaian Keberhasilan Belajar, (Jakarta: Erlangga, University Press,1986).
Surapranata, Sumarna. Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes: Implementasi Kurikulum 2004.(Bandung:Remaja Rosdakarya, tt).
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009).
Bistok Sirait, Menyusun Tes Hasil Belajar. (Semarang: Press, 1985).
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999).
Kunandar, Guru Professional. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007).
Madhakomala. Pengembangan Alat Evaluasi Desain Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1998),
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995).
Ngalim purwanto, Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010).
Sugiyono, Statistika untuk Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2002).
Sukardi. E, dan Maramis. W. F. Penilaian Keberhasilan Belajar, (Jakarta: Erlangga, University Press,1986).
Surapranata, Sumarna. Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes: Implementasi Kurikulum 2004.(Bandung:Remaja Rosdakarya, tt).
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar