Jumat, 04 Desember 2015

makalah filsafat islam



PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Filsafat islam adalah pembahasan meliputi berbagai soal alam semesta dan  berbaga macam masalah manusia atas dasar  ajaran-ajaran keagaman yang turun bersama lahirnya islam.ketika filsafat muncul didalam kehidupan islam ,kemudian berkembang sehingga banyak dibicarakan oleh orang-orang arab  tampillah beberapa filosof diantaranya Al-kindi Al-farabi dll
Namun dalam maklah ini kita hanya akan membahas tentang Ibnu Bajjah berikut kehidupan nya ,karya-karyanya beserta filsafatnya.



B.           Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah lahir dan Karya Ibnu Bajjah??
2.      Bagaimana filsafat Ibnu Bajjah ??
a)      Metafisika (ketuhanan)
b)      Materi dan Bentuk
c)      Jiwa
d)     Akal dan Ma’rifah
e)      Aklak
f)       Politik
g)      Manusia penyendiri




      PEMBAHASAN
A.    Riwayat Hidup dan Karyanya
        Ibnu bajjah adalah filosof islam pertama dan utama dalam sejarah kefalsafatan di Andalus. Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhmamad ibnu Yahya ibnu Al-Sha’igh, yang lebih terkenal dengan nama Ibnu bajjah. Ia dilahirkan di saragosa (spanyol) pada akhir abad ke 5 H/ abad ke-11. Riwayat hidup secara rinci tidak banyak di ketahui orang begitu juga dengan pendidikan yan ditempuhnya dan guru yng mengasuhnya tidak terdapat informasi yang jelas. Ibnu bajjah bukan hanya seorang filosof,tetapi juga seorag saintis yang menguasai beberapa disiplin ilmu , seperti kedokteran ,astronomi,fisika, musikus dan matematika.
 Fakta ini dapat diterima karena dimasa itu belum terjadi pemisahan dalam satu buku antara sain dan filsafat sehingga salah seorang yang mempelajari salah satu terpaksa bersatu terpaksa bersentuhan dengan yang lain. Ia juga aktif  dalam dunia politik , sehingga Gubernur Saragossa Daulat Murabith, Abu Bakar ibnu Ibrahim Al-Sahrawi mengangkatnya menjadi wazir . akan tetapi ,sewaktu kota Sarogossa jatuh ketangan raja Alfonso pada tahun 512H/1118 M. ibnu bajjah terpaksa pindah kekota Seville via Velencia. Dikota ini ia bekerja sebagai dokter .kemudian dari sini ia pindah ke Granada dan selanjutnya berangkat ke Afrika utara ,pusat kerajan Dinasti Barbar.[1]
              Disaat transit di Syatibah ,Ibnu bajjah ditangkap oleh penguasa Al-Murrabith, Amir Abu Ishak Ibrahim ibnu Yusuf ibnu Tasyfin yang menuduhnya kafir. Hal ini disebabkan Daulat Murabith penganut teologi al-Asy’ary karena mereka tidak menerima pandangan filasafatnya.kemudian ibu bajjah dibebaskan atas bantuan Ibn Rusyd,filosof besar spayaol yang pernah menjadi muridnya.
      Setelah itu ibnu bajjah berangkat ke Fez,Maroko dikota ini ia diangkat menjadi wazir selama 20 tahun. Dan dikota ini juga lah ia menghembuskan nafas terkhir pada bulan Ramadhan 533H/1138 M.


1)       
B.  Kkarya Tulisnya
Menurut Ibnu Thufail ,Ibnu Bajjah adalah seorang filosof muslim yang paling cemerlang otaknya,paling tepat analisisnya, dan pling benar pemikiranya. Namun amat disayangkan pembahasan filsafat dalam beberapa bukunya  tidaklah matang dan sempurna.
Karya tulis Ibnu Bajjah yang terpenting dalam bidang filsafat ,ialah sebagai berikut.
1.      Kitab  Tadbir al-Mutawwahid, ia adalah kitab yang palin populer dab penting dari seluruh karya tulisnya. Kitab ini berisika akhlaq dan politik serta usaha-usaha individu menjauhkan diri dari segala macam keburukan-keburukan dalam masyarakat Negara.
2.      Risalat al-Wada’ risalah ini membahas tentang Tuhan ,manusia, alam dan kesokteran
3.      Risalat al-ittishal, risalah ini menguraikan tetang hubungan manusia dan akal fa’al
4.      Kitab al-Nafs ,kitab ini menjelaskan tentang jiwa

C.     Keadaan Sosial-Kultural
                    Menurut Shaid, pengarang buku Thabaqai al-umam, sebelum islam masuk Andalus wilayah ini kosong dari wilayah ini kosong drai ilmu pengetahuan dan filsafat. Tidak satu pun penduduk yang memilki ketenaran di bidang ilmu pengetahuan .dikala itu hanya ada baru monumen-monumen kuno yang dibangun oleh raja-raja Romawi. Dengan kata lain sekalipun ada peradaban ,boleh dikatakan amat sederhana. Karena itu pendapat Montgoimery Watt, dapat diterima ketika ia menyatakan bahwa pengaruh budaya islam di Eropa  terjadi setelah kaum muslimin Menaklukan Spayol da Sesillia. Tepatnya kegiatan intelektual ini mulai dikembangkan pada abad ke –9 H.[2]
                    Pada masa pemerintahan Al-Hakam II 961-967 H) karya ilmu pengetahan dan filsafat diimpor secra besar-besaran dari timur sehingga Cardova denga perpustakan dan universitas yang sangat besar mampu menyangi Bagdad sebagai pusat ilmu pengetahuan di dunia islam.
Sebagaimana di sunia islam kawasan timur, di Andalus perkembangan filsafat dan ilmupengetahuan lainnya juga didodrong oleh ajaran Alquran dan hadist yang menganjurkan kepda umatnya supaya menghargai kekuatan akal dan mencari ilmu pengetahuan dimanapun saja . disamping itu factor yang paling dominan ada nya kecintaan penguasa pada filsafat dan ilmu pengethuan dan ia ikut pula memperkarsai pengembanganya , seperti Khalifah Abd Al-Mukmin  ( Dinasti Al-muwahid) meneydiakan biaya hidup secukupnya bagi penuntut ilmu pengethuan dan juga menyediakan tempat khusus dismaping istana untuk kegiatan ilmu pengetahuan.

D.     Fisafat Ibnu Bajjah
1.      Metefisika (Ketuhanan)
Menurut Ibnu Bajjah segala yang ada (al-maujudat) terbagi dua : yang tidak bergerak dan tidak bergerak. Yang bergerak adalah jisim (materi) yang sifatnya terbatas. Gerak terjadi dari perbuatan mengerakkan terhadap yang digerakkan. Gerakan ini digerakkan lagi oleh gerakan lain ,yang akhir rentetan gerakkan ini digerakkan oleh pengerak yang tidak bergerak dalam arti pengerak tidak berubah yang berubah hanya jisim (materi) .
Kesimpulanya gerakkan lam ini jisim yang terbatas digerakan oleh ‘aql sedangkan yang tidak bergerak ialah aql, ia mengerakan alam dan ia sendiri tidak bergerak. Aql inilah yang disebut dengan Allah sebagaimana yang dikemukakan oleh Alfarabi dan Ibnu sina sebelumnya.
Sebagaimana Aristoteles, Ibnu Bajjah juga mendasarkan filsafat metefisika nya pada fisika. Argemen adanya Allah dengan adaya gerakan dialam ini .jadi Allah bersifat Azali dan gerakanya bersifat terbatas.Disinilah letak kelebihan Ibnu Bajjah walaupun ia berangkat dari filsafat gerak Aristoteles, namun ia kembali pada ajaran islam .

2.      Materi Dan Bentuk
Menurut pandangan Ibnu Bajjah, Materi (Al-Hayula) tidak mungkin bereksistensi tanpa bentuk (Al-Shurat). Sementara itu, bentuk bisa bereksintesi dengan sendirinya tanpa materi. Jika tidak, secara pasti tidak mungkin dapat menggambarkan adanya modifikasi (perubahan-perubahan)bpada benda. Perubahan-perubahan tersebut adalah suatu kemungkinan dan inilah yang dimaksud dengan pengertian materi.
3
Pandangan Ibnu Bajjah ini, diwarnai oleh pemikiran Aristoteles dan plato. Menurut Aristoteles, materi adalah sesuatu yang menerima bentuk yang bersifat pontesialitas dan dapat berubah sesuai bentuk. Sementara menurut pandangan Plato, bentuk adalah nyata dan tidak membutuhkan sesuatupun untuk bereksintesi. Bentuk menurut Plato, terdapat diluar benda. Bentuk yang dimaksud Ibnu Bajjah mencakup arti jiwa, daya, makna dan konsep.
Bentuk menurut Ibnu  Bajjah, bertingkat-tingkat. Tingkat yang paling rendah adalah bentuk materi pertama dan yang paling tinggi adalah bentuk akal pemisah (Al-`aql Al-mufariq). Dari bentuk yang paling rendah sampai bentuk yang paling tinggi terjalin seperti mata rantai. Akal manusiawi dapat mencapai bentuk kesempurnaannya dengan melewati rantai tersebutdengan filsafat. Jiwa seperti ini dapat berhubungan dengan akal aktif.
Setiap materi menurut Ibnu Bajjah, mempunyai tiga bentuk, bentuk rohani umum atau bentuk intelektual, bentuk kusus dan bentuk fisik. Jenis bentuk yang pertama memiliki satu hubungan dengan yang menerima. Jenis bentuk yang kedua mempunyai dua hubungan, satu hubungan kusus dengan yang berakal sehat, yang stu lagi hubungan umum dengan dengan yang terasa. Jenis bentuk ketiga ini adalah bentuk yang bereksintensi pada materi.

3.      Jiwa
Menurut pandangan Ibnu Bajjah, setiap manusia mempunyai satu jiwa. Jiwa ini tidak mengalami  perubahan sebagaimana jasmani. Jiwa adalah penggerak bagi manusia. Jiwa digerakkan dengan dua jenis alat yaitu alat-alat jasmani dan alat-alat rohani.  [3]
Jiwa menurut Ibnu Bajjah adalah jauhar rohani, akan kekal setelah mati. Di akhiratjiwa yang akan menerima pembalasan, baik balasan kesenangan maupun balasan siksaan. Akal, daya berfikir bagi jiwa adalah satu bagi setiap orang yang berakal. Ia akan bersatu dengan akal Fa`al  yang diatasnya dengan jalan ma`rifah filsafat.


4.      Akal Dan Ma`rifah
Ibnu Bajjah menempatkan akal dalam posisi yang sangat penting. Dengan perantaraan akal, manusia dapat mengetahui segala sesuatu, termasuk dalam mencapai kebahagiaan dan dan masalah illahiyat. Akal menurut Ibnu Bajjah, ada  dua jenis yaitu :
a.       Akal teoritis
Akal ini diperoleh hanya berdasarkan pemahaman terhadap sesuatu yang kongkret atau abstrak.
b.      Akal praktis
Akal ini diperoleh melalui penyelidikan (eksperimen) sehingga menemukan ilmu pengetahuan.
c.       Akhlak
Ibnu Bajjah membagi perbuatan manusia kepada dua bagian. Pertama ialah perbuatan yang timbul dari motif naluri dan hal-hal lain yang berhubungan dengannya baik dekat atau jauh. Bagian kedua ialah perbuatan yang timbul dari perbuatan yang lurus dan kemauan yang bersih dan tinggi dan bagian ini disebutnya perbuatan-perbuatan manusia.pengkal perbedaan antara keua bagian tersebut bai ibnu bajjah bukan perbuatan itu sendiri melainkan motifnya.[4]
 Untuk menjelaskan kedua macam perbuatan tersebut ia mengemukakan seseorang yang terantuk dengan batu, kemudian ia luka-luka lalu ia melemparkan batu itu, kalau ia melemparnya kerena telah melukainya maka itu adalah perbuatan hewani yang didorong oleh naluri kehewananya yang telah mendikte kepadanya untuk memusnahkan segala perkara yang mengangunya .
kalau melemparkanya agara batu tidak mengangu orang lain  bukan karena kepentingan dirinya atau marahnya tidak bersangkut paut dengan pelemparan batu tersebut maka perbuatan itu adalah pekerjaan kemanusian
Pandangan Ibnu Bajjah diatas sejalan dengan ajaran islam,  yang juga mendasarkan perbuatan pada motivasi pelakunya. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa manusia yang mendasarkan perbatannya atas iradah yang merdeka dan akal budi akan dapat mencapai kebahagiaan.
Manusia menurut Ibnu Bajjah, apabila perbuatannya dilakukan demi memuaskan akal semata, perbuatannya ini mirip dengan perbuatan ilahy daripada perbuatan manusiawi. Hal ini merupakan keutamaan karena jiwa telah dapat menekan keinginan jiwa hewani yang selalu menentangnya. 
Secara ringkas Ibnu Bajjah membagi tujuan manusia mejadi tiga tingkat sebagai berikut :
a.             Tujuan jasmaniah, dilakukan atas dasar kepuasan rohaniah. Pada tujuan ini manusia sama derajatnya dengan hewan.
b.             Tujuan rohaniah kusus, dilakukan atas dasar kepuasan rohaniah. Tujuan ini akan melahirkan keutamaan akhlaqiyah dan aqliyah.
c.             Tujuan rohanih umum (rasio), dilakukan atas dasar kepuasan pemikiran untuk dapat berhubungan dengan Allah.
d.      Politik
Pandangan politik Ibnu Bajjah dipengaruhi oleh pandangan politik Al-Farabi.  Sebagaimana Al-Farabi, dalam buku Ara`Ahl Al-Madinat Al-Fadhilat, ia (Ibnu Bajjah)juga membagi Negara menjadi Negara utama (Al-Madinat Al-fadhilat) atau sempurna dan yang tidak sempurna, seperti Negara Jahilah, dan Fasiqah.
Demikian juga tentang hal-hal yang lain, seperti persyaratan kepala Negara dan tugas-tugasnya selain mengatur Negara, juga pengajar dan pendidik. Pendapat Ibnu Bajjah ini sependapat dengan Al-Farabi. Perbedaannya hanya terletak pada penekanannya. Al-farabi titik tekanannya pada kepala Negara, sedangkan Ibnu Bajjah titik tekanannya pada warga Negara (masyarakat).
Warga Negara utama, menurut Ibnu Bajjah, mereka tidak lagi memerlukan dokter dan hakim. Sebab mereka hidup dalam keadaan puas terhadap segala rezki yang diberikan Allah, yang dalam istilah agama disebut dengan al-qana`an. Mereka tidak mau memakan makanan yang akan merusak kesehatan.
6

 Mereka juga hidup saling mengasihi, saling menyayangi, dan saling menghormati.
Dalam Risalat al-Wada’ Ibnu Bajjah memberika dua fungsi alternative Negara : [5]
1.      Untuk menilai perbuatan rakyat guna membimbing mereka mencapai tujuan yang mereka inginkan
2.      Merancang cara-cara mencapai tujuan tertentu

e.       Manusia Menyendiri
Filsafat Ibnu Bajjah yang paling populer adalah manusia menyendiri (al-insan al-munfarid). Pemikiran ini termuat  dalam magnum opum-nya Kitab Tadbir al-Mutawahhid. Sebagaimana Al-Farabi, pembicaraan Ibnu Bajjah tentang hal ini erat kaitannya dengan politik dan akhlak. 
Dalam menjelaskan manusia menyendiri ini, Ibnu Bajjah terlebih dahulu memaparkan pengertian Tadbir al-Mutawahhid. Lafaz Tadbir bahasa arab, yang mengandung pengertian yang banyak,namun pengertian yang diinginkan oleh Ibnu Bajjah ialah mengetur perbuata-perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dengan kata lain, atauran yang sempurna.
Adapun yang dimaksud dengan istilah al-mutawahhid ialah manusia menyendiri. Dengan kata lain, seseorang atau beberapa orang, mereka mengasingkan diri masing-masing secara sendiri-sendiri, tidak berhubungan dengan orang lain. 
Sementara itu, al-mutawahhid yang dimaksud dengan Ibnu Bajjah ialah seorang filosof atau bebebrapa orang filosof hidup menyendiri pada sala satu Negara dari Negara yang tidak sempurna, seperti Negara Fasiqah, Jahilah, dan lain-lain. 


Daftar Pustaka
Zar,Sirajudin ,(2004). Filsafat islam, Jakarta :PT Raja Gravindo Persada
M.M Syarif.( 1985).Para Filosof Muslim.Bandung : Mizan
Mustofa. (2009).Filsafat Islam. Bandung : Pustaka Setia


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar